Cerpen lenteng agung


CERPEN LENTENG AGUNG

Di Stasiun Lenteng Agung ku Berjumpa
Waktu menunjukan pukul 08.15 WIB. Dosen mata kuliah pertama ku sudah tiba di kelas, namun aku masih ada di dalam kereta tepatnya di stasiun Pondok Cina. Panik bukan main. Masalahnya dosen ku yang ini termasuk kedalam kategori dosen killer.
 “siaalll. Coba aja tadi aku bangun lebih pagi, pasti ga bakal kesiangan” umpatku dalam hati.
Selang beberapa menit tak terasa kereta sudah melewati stasiun UP (yah itu singkatan dari Universitas Pancasila). Aku mulai mencoba menerobos puluhan orang agar sampai di tepi pintu. Karna jurusan dari Bogor ke Jakarta sangatlah padat apalagi di hari Senin seperti ini. Akhirnya kereta sudah tiba di stasiun Lenteng Agung aku melangkah keluar dengan susah payah, setelah berhasil keluar aku sedikit berlari walau kaki sedikit gemetar karna lelah berdiri di kereta kurang lebih setengah jam. Dengan kaki letih ditambah panik dan gelisah aku tak sempat merapihkan kondisiku yang berantakan karna berdesakan didalam kereta tadi. BRRUUKK suara itu terdengar cukup keras. Suara itu berasala dari tubrukanke dengan tubuh seorang lelaki yang aku tak kenal dia siapa. Sepertinya dia sedang terburu-buru juga sama sepertiku. Tak banyak basa-basi aku langsung meminta maaf dan melanjutkan jalanku. Begitupun dengan lelaki itu. Keluar dari stasiun aku langsung naik tangga dan mencari angkot nomor 83 untuk sampai tujuanku selanjutnya yaitu kampus polimedia. Tiba di kampus pukul 08.45 WIB. Saat aku masuk kelas ternyata kelas sepi dan aku baru tersadar bahwa mata kuliahnya berlangsug di LAB aku langsung bergegas menuju LAB saat aku masuk ternyata dosen tidak ada di kelas beliau sedang keluar mengambil tugas yang di kumpulkan minggu lalu. Beruntung sekali karna dia belum mengabsen kehadiran kami. Hingga semuanya berjalan dengan lancar sampai mata kuliah kedua pun selesai.
“ Woy ca” panggil temanku Rina yang sedang duduk di bangku belakanku.
Yap itu nama panggilanku Acha nama asliku adalah Acha Nabila Wijaya. Aku memiliki rambut hitam lurus yang panjangnya sepunggung, tubuh yang pas dengan tinggi 160 cm dan berat 48 kg. kulit ku putih langsat dan muka mulus tanpa jerawat. Hehe itu nyata yaaa.
“apaan Rin? Jawabku
“makan dulu yu gua laper” sahutnya
“ oke langsung aja deh ke kantin” balas ku tanpa ada bantahan darinya
Selesai makan aku langsung pulang, dan minta antar sampai stasiun UP sama Rina karna dia bawa motor. Kenapa aku pulang lewat stasiun UP?? Karna jaraknya lebih dekat dan searah lajur kendaraan.
Tiba di stasiun UP tepat pukul 12.30 WIB. Di jam seperti itu kereta tujuan Bogor masih sepi karna belum masuk jam pulang kerja. Suasana seperti inilah yang sangat menyenangkan bagiku karna bisa menikmati perjalanan kereta sambil duduk. Sampainya di Bogor aku melanjutkan perjalanan ku dengan menggunakan motor, prjalanan itu bisa memakan waktu kurang lebih 30 menit. Tiba dirumah aku langsung mencuci muka dan mengganti pakaian lalu berleha-leha melepaskan penat dengan tiduran di atas kasur. Tak butuh waktu lama, mataku mulai terasa berat, seperti ada yang mendorongnya untuk menutup. Tapiii tiba-tiba aku merasakan ada sesuatu yang mengenai lengan kananku aku melihat lelaki itu lagi dia sedang terburu-buru dan lagi-lagi menyenggol tubuhku aku melihat ke bawah ternyata isi tas dan dompetku berceceran, aku langsung mengambilnya dan ternyata dia juga membantu ku merapikan isi tas dan dompetku itu. Saat ia mengambil KTP ku, aku melihat dia membacanya sejenak, lalu menoleh ke arahku dan bertanya
“Acha” katanya
“ ya, itu namaku kenapa? Jawabku
“ maaf sebelumnya aku sudah menyenggol mu, aku tak sengaja” jawabnya
“ oh iya, tidak apa-apa” jawabku lagi
“ golongan darah mu AB?” tanyanya
“ hah?? Tahu dari man?” tanyaku balik
“ini KTP mu” jawabnya
“ooohhh iyaaa, kenapa?”
Saat aku bertanya tiba tiba ada seseorang yang memanggilku, ternyata itu ibuku, dia sedang di stasiun juga rupanya. Hah?? Stasiun? Ibu memanggil lagi, lalu tubuhku terasa ada yang menggoncang. Sial ternyata itu hanya mimpi. Ibu membangunkanku karna sudah sore. Orang jaman dulu melarang untuk tidur sore “pamali” katanya.
Walau sudah bangun, aku teap berbaring di kasur, dan aku teringat akan mimpi tadi. Kenapa tiba-tiba aku memimpikannya? Entahlah mungkin hanya kesemsem.

Esok harinya aku kembali berangkat kuliah seperti biasa aku sengaja berangkat siang karna dosen pertama tidak hadir. Hari ini kereta tak begitu padat seperti kemarin. Aku masih bisa bernapas norma walau masih tetap berdiri. Seperti biasa aku turun di stasiun Lenteng Agung, saat itu pkl 09.00 WIB aku berjalan santai tak terburu-buru. Mataku fokus mencari kartu multitrip ku yang aku simpan di dalam dompet, dan dompetnya ada dalam tas. Saking fokusnya aku mencari kartu itu. Tiba-tiba ada yang menabraku. Dia seorang lelaki dengan harum mint yang menyerab dari tubuhnya. Dia lebih tinggu dariku sekitar 5 cm. kulitnya sawo matang badannya tidak gendut dan tidak juga kurus. Potongan rambutnya yang rapi cocok di wajahnya yang mulus. Astagaa kenapa aku malah memperhatikannya bukannya merapihkan barang-barangku yang terjatuh. Aku lihat dia sedang membantuku merapihkannya. Dia sedang memegang KTP ku dan dompetku dia sedikit membaca. Lalu menoleh ke arahku. Dia diam sejenak dan sedikit berbicara kecil namun aku tak mendengarnya. Kurang lebuh dia bilang “ cantik” mungkiin.
“Acha” katanya
“ ya, itu namaku kenapa? Jawabku
“ maaf sebelumnya aku sudah menyenggol mu, aku tak sengaja” jawabnya
“ oh iya, tidak apa-apa” jawabku lagi
“ golongan darah mu AB?” tanyanya
“ hah?? Tahu dari mana?” tanyaku balik
“ini KTP mu” jawabnya
“ooohhh iyaaa, kenapa?” tanyaku
“boleh aku meminta nomor HP mu?” pintanya
Hah?? Secepat itu?? Maksudku apa dia langsung tertarik padaku?? Atau dia melakukan ini pada semua wanita?? Tapi tunggu aku baru tersadar bahwa kejadian tadi persisi seperti yang ada dalam mimpiku kemarin. Tapi aku tak peduli Sungguh aku tak suka lelaki seperti itu. Tanpa pikir panjang aku langsung merebut barang-barangku yang ada di tangannya. Aku langsung melanjutkan perjalananku ke kampus. Kegiatan di kampus hari ini sangat membosankan bagiku. Aku tak menyukai mata kuliah ini ditambah dosennya yang menjelaskannya tak jelas. Hari ini aku memutuskan untuk langsung pulang saja. sebetulnya aku tidak langsung pulang melainkan aku akan berkunjung ke rumah sakit. Aku pergi kesana bukan untuk berobat atau pun lainnya. Melainkan aku ingin bertemu temanku Risa yang bekerja di rumah sakit itu sebagai dokter spesialis kanker. Aku pergi kesana membawa buku-buku anak. Karena bukan hanya sekedar berkunjung aku datang kesana ingin menghibur adik-adik kecil yang mengidap kanker. Aku menghibur mereka dengan cara bercerita melalui buku yang aku baca. Mereka sudah dekat dengan ku. Kadang aku menangis jika melihat salah satu dari mereka sedang mengalami kesakitan yang teramat pedih. Aku bisa menghabiskan waktu hingga berjam-jam bersama mereka. Aku datang ke rumah sakit paling sedikit satu minggu 3 kali. Bahkan aku pernah menginap disana saat ada seorang anak yang akan melakukan kemoterapi.
Mengenai Risa temanku dia bekerja di salah satu rumah sakit yang ada di Jakarta. Umurku berbeda 5 tahun darinya. Aku mengenalnya saat ia mengobati adiku yang terkena kanker pula. Namun sekarang adiku sudah sembuh dan sehat. Hingga kini aku berteman baik dengannya layangnya adik kakak.
“gimana kuliah kamu?” tanyanya sambil membawakan minum
“yaa gitu-gitu aja, kadang seneng kadang asyik” jawabku
“ eh Sa bagaiman perkembangan anak-anak?” sambung ku
“Alhamdulillah semenjak kedatangan kamu kesini, mereka lebih bersemangat melawan rasa sakit mereka. Mereka selalu nanyain kamu kalo kamu ga kesini.”jawab Risa
Aku pamit pulang pada Risa karna hari mulai gelap aku keluar dari ruangannya dan berjalan menyusuri koridor rumah sakit. Setelah melewati ruang IGD aku melihat gerumunan orang sedang mendorong hospital bed atau ranjang pasien dengan penuh tangis dari seorang wanita sekitar 53 tahun usianya dan satu orang dokter juga satu orang suster. Aku terdiam sejenak. Aku terkejut bukan main. Bukankah itu lelaki yang ada di Stasiun Lenteng Agung? Aahhh aku melihatnya saja sudah muak. Aku langsung berjalan melewatinya. Tapi sepertinya dia melihatku. Aku menoleh ke belakan dan ternyata dia mengikutiku. Di memanggil namaku, astaga kenapa dia masih ingat namaku. Akhirnya aku berhenti berjalan dan menengok ke belakang. Saat ku lihat bajunya penuh dengan darah. Wajahnya terlihat kacau dan pakainya berantakan. Tak sadar aku mendekatinya. Dia menatap ku dengan airmata yang menggenang dimatanya.
“kenapa kamu terus mengikutiku?” tanyaku
“ tolong aku” jawabnya singkat
“ apa yang bisa ku lakukan?”
“ adiku sedang sakit dia mengidap kanker otak, dan gagal ginjal yang mengharuskannya cuci darah setiap satu minggu sekali. Persediaan darah yang golobgannya AB sudah habis di rumah sakit, dan sulit di cari. Aku lihat kamu memiliki golongan darah AB. Aku harap kamu bisa membantu. Adikku memiliki golongan darah AB dengan resus negatif. Aku sudah mencarinya ke banyak rumahsakit namun tetap tak menemukannya. Tadi saat hendak menuju rumah sakit untuk melakukan kemoterapi. Adikku mencoba bunuh diri dengan menyayat tangannya sendiri. Dia bilang dia sudah tak sanggup lagi. Aku langsung membawanya ke sini dengan”
Entahlah ceritanya membuatku tersentuh sampai aku tak sadar bahwa air mataku menetes. Aku memutuskan untuk mendonorkan darahaku pada adiknya.
Setelah mendonorkan darah aku memutuskan untuk pulang. Tadinya aku akan pulang sendiri namun lelaki itu ingin menganarku. Akhirnya aku pulang diantar olehnya sampai ke stasiun Lenteng Agung. Karna dia juga akan pulang.
“terimakasih banyak Acha, karna sudah menolong adikku”
“oh tak masalah. Aku harus memanggilmu apa?” tanyaku
“ Sabil. Panggil aku Sabil” jawabnya sambil menguurkan tangan
“ omong-omong sedang apa kamu di rumah sakit?” tanyanya
“ bertemu temanku, dan bertemu anak-anak?”
“kamu sudah punya anak? Tanyanya
“ bukan anak ku, tapi anak-anak hebat yang sedang melaan sakit kankernya” jawabku
Obrolan di kereta itu cukup menarik untuk dibahas, aku menceritakan semua kegiatanku jika dirumah sakit. Dan ternyata adiknya Sabil yang bernama Iqbal adalah salah satu anak yang aku hibur, kata sabil Iqbal sering menceritakan ku kepadanya.
Sampai di stasiun Lenteng Agung akhirnya sabil turun dan kami pun berpisah
Esok harinya pukul 07.00 WIB aku sedang menunggu Sabil di Stasiun Lenteng Agung. Kami berencana akan mengunjungi rumah sakit untuk menghibur anak-anak kami, hehe bukan anak kandung loh yaaa tapi anak-anak hebat yang sedang berjuang.
Mengenai Iqbal, sekarang dia sedang melakukan operasi pengangkatan ginjal di Australia. Dan semoga dia bisa sehat kembali.
Aku dan Sabil terus melakukan kegiatan menhibur anak-anak. Sampai tak terasa kami sudah bertemu dan berpisah di stasiun Lenteng Agung krang lebih 6 bulan. Itu berarti pertemanan kita sudah berjalan 6 bulan.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Resensi buku drama

Nostalgia jajanan SD